Jumat, 03 April 2009

[Geng Beser] Peta Per-WC-an di Bandung dan Sekitarnya

Sejak kecil sampai kuliah, saya jarang beser. Sepertinya pembuangan kotorannya tersalur lewat produksi keringat berlebih. Tapi yah, kalau sedang sekolah atau kuliah tetap saja izin ke WC, penyegaran sedikit hihihiii ....

Saya mulai sering beser sejak pengalaman pertama (dan mudah-mudahan terakhir kali) diinfus. Cairan infus rasanya membuat sekujur tubuh jadi dingin dan werrrr ... kadang-kadang nggak ketahan lagi dah, sampai-sampai bisa ngompol.

Seperti yang sudah diperingatkan oleh banyak ibu-ibu yang lebih berpengalaman dan di buku-buku, keadaan Hamdan ATT bisa membuat beser lebih sering. Apalagi kalau si orok semakin besar, karena kandung kemihnya tertekan. Kalau di rumah sih tenang saja, tapi kalau sedang di luar rumah? Makanya, saya jadi terpaksa menguasai peta per-WC-an di Bandung.

Menurut saya, WC umum yang lumayan bersih dan aman ya di mal atau pusat perbelanjaan atau restoran. Mahanagari juga sedang bikin polling di websitenya tentang WC-WC umum di mal ini hehe .... WC umum di mal ini terbagi dua, ada yang gretongan, ada yang harus bayar 1000 perak.

Yang gretongan itu di antaranya adalah WC umum di PVJ, Ciwalk, Istana Plaza, Braga Citiwalk, dan BEC, sementara di BSM, BIP (baru-baru ini), BTC, dan beberapa tempat lain adalah WC umum berbayar. Ada yang nyaman dan tidak nyaman. Menurut standar saya, WC umum yang nyaman adalah yang selalu menyediakan tisyu, sabun, wastafel, dan tempat sampah yang bersih, terus kalau WC duduk, keadaannya harus kering.

Di antara WC umum gretongan, yang paling nyaman menurut saya adalah di PVJ dan Ciwalk. Hanya, saya baru menemukan dua WC di Ciwalk (belum sempat menjelajah dengan teliti), kalau di PVJ, sekarang di tiap lantai ada, di Sogo pun ada, atau kalau mau iseng main ke Blitz, ada juga di sana (meskipun seringnya penuh kalau bubaran nonton hehe). Di PVJ, hampir selalu tersedia tisyu. Istana Plaza lumayan nyaman, tapi antrenya panjang dan nggak ada tisyu. Sementara di BEC, ya gitu deh ....

Nah, yang berbayar pun anehnya, ada yang nyaman ada yang tidak. Padahal kalau dipungut biaya, harusnya perawatannya lebih oke ya. WC mal berbayar yang paling nyaman menurut saya ada di BSM, dan kita selalu diberi tiket undian setiap kali masuk WC (dan saya selalu bertanya-tanya, betulkah ada yang benar-benar menang undiannya? Mungkin saja saya pernah menang, tapi kan jarang ke BSM karena jauh, hihihiiii). Kalau di BSM mau nyaman, masuk ke Metro saja, gretongan pula! Sekarang, BIP pun memberi tiket undian. Tapi di BIP antreannya panjang ... dan jarang ada tisyu tersedia.

Kalau di BTC, ada dua pengalaman yang berkaitan dengan WC. Pernah, sepulang yoga, di bis Antapani - KPAD, saya kebelet pipis. Aduuuuh ... tempat apa yang kelewat oleh rute bis ini, yang menyediakan WC lumayan nyaman ya? Sebelum sempat terpikir, bisnya sudah naik ke jalan layang Paspati, dan keluar-keluar di Pasteur. Ada beberapa pilihan, RSIA Hermina (WC-nya bersih), Griya, Giant, atau BTC. Tapi saya belum tahu letak WC di Griya, sementara kalau ke Giant harus nyeberang dulu, dan di Hermina nggak bisa sekalian jajan hihihiii .... Ya sudah, saya putuskan ke BTC. Eh, setelah lega, hujan turun derassssssss sekali, jadi saya terjebak di sana sampai dua jam, karena jalan banjir (tapi jadinya jalan-jalan dan jajan, hahaha).

Kali kedua, saya sengaja ke BTC, nyari baju kondangan yang cucok untuk ibu-ibu Hamdan ATT. Eh, begitu sampai ke sana, kok kebelet ya. Saya langsung ke WC di lantai dasar. Setelah jalan-jalan dan lapar, saya jajan dulu di foodcourt, lantai 3. Eh, pengen pipis lagi. Pipislah di sana. Jalan-jalannya masih berlanjut, sekarang ke toko perlengkapan bayi di lantai 2. Eh, beser lagi, sialan. Jadi saya ke WC dulu. Sudah tiga lantai yang saya pipisi, hahaha .... Karena masih belum puas, jalan-jalannya dilanjutkan dan ... sebelum pulang, karena beser lagi, saya mampir di WC lantai 1.

Meskipun nggak nemu baju kondangan (malah beli baju dan sepatu bayi lucu), saya harus mengeluarkan 4 x 1000 perak untuk beser dalam waktu hanya sekitar dua jam saja. Coba kalau jalan-jalannya lebih lama, mungkin uang yang dikeluarkan lebih besar lagi, hihihiiiii ....

Di Braga Citiwalk, pengalamannya lain lagi. Saya sempat ngompol di sana (hihiii ...), karena WC yang biasanya sepi, tumben-tumbennya antre. Untung ngompolnya sudah di dalam bilik WC, dan hanya kena CD, nggak kena celana luar. Masalahnya, kali itu saya benar-benar lupa bawa CD cadangan (biasanya selalu bawa), jadi terpaksa ... gitu deh, hihihiiii .... Lalu, pas keluar, saya bisik-bisik sama si Aq, cerita pengalaman tadi, dan kami langsung ke Carrefour untuk membeli yang baru (sambil diketawain lagi, menyebalkannn).

Selain tempat-tempat itu, saya juga langganan ke WC di Supermarket Setiabudi (bersih, kering, sepi lagi, tapi jarang ada tisyu), Giant Flamboyan, dan akhir-akhir ini berhasil menemukan letak WC di Griya Setrasari Mal (duh, leganya, hahaha). WC di Indomaret dekat rumah juga pernah dikunjungi, karena betulan kebelet pipis waktu turun angkot, untung mbak-mbak Indomaret mah baek-baek, hehehe ....

WC-WC di rumah sakit pun beragam kenyamanannya. WC umum di paviliun VIP RSHS lumayan bersih lah, meskipun nggak begitu nyaman (saya nggak berani ke WC umum di RSHS yang biasa, kebayang soalnya, hihiii). WC umum di RSIA Hermina menurut saya adalah yang paling nyaman. Di RS Advent lumayan bersih, tapi nggak ada tisyu. Di RS Kebonjati, ya gitu deh ... tapi yang paling parah adalah WC umum di RS Muhammadiyah. Waktu itu saya nengok almarhum uwak saya di sana, dan tiba-tiba pengen muntah karena migrain. Karena nggak enak kalau muntah di WC dalam (banyak sodara gitu bok), jadi saya cari WC umum di luar. Pas sampe sana, wowww ... malah jadi nggak pengen muntah, hihihiiii ... (aneh, saking joroknya, malah mendingan nggak muntah di sana, mending di plastik aja, haha).

Beda lagi ya, dengan WC di dalam kamar rumah sakit, apalagi yang kelasnya utama atau VIP. WC kelas VIP di RS Al Islam nyaman, begitu pun dengan WC di kelas VIP RS Advent. Bahkan, waktu si Papap sedang dirawat di RS Advent, saya sempat mandi di sana, dan ... serasa mandi di Bali, hahaha .... Soalnya, jendelanya menghadap Jalan CIhampelas (tapi karena di lantai 4, jadi yang tampak hanya rimbunnya pepohonan), kaca jendelanya blur, dan kalau dibuka bagian atasnya, nggak bakal ada yang bisa ngintip hihihiiiii .... Airnya panas lagi.

Bagaimana dengan WC-WC di kampus? Kalau di Unpar (terakhir kali saya ke Unpar pertengahan '97, sebelum kabur tanpa izin dari situ), WC-nya sejak dulu lumayan. Tapi kalo di WC Fisip, kacanya nyaris selalu penuh oleh cewek-cewek yang ngaca, hihihiiii .... Saya pernah ke WC UPI, di bangunan lama, ya gitu deh. Khas WC sekolah. Di Itenas juga gitu (waktu sering jemput si Aq awal-awal pacaran hehe), lagian di Geodesi banyakan cowok, jadi WC-nya seadanya.

Sementara, kalau di ITB, menurut saya WC paling enak adalah WC Astronomi doooong, meskipun klosetnya jongkok. Bisa mandi air anget kalau pagi-pagi (pake teko heater Himastron, haha).WC Astronomi relatif bersih karena hampir selalu dikunci, kalau mau masuk ya ambil kunci dulu di palang pintu. Tapi yang repot kalau kebelet dan kuncinya masih di Pak Amas. Kalau berkasus begitu, pasti lari ke WC TI di seberang.

WC-WC lain di ITB ya begitu deh, standar WC kampus. Sebetulnya ada WC yang nyaman dan bersih, yaitu WC dosen TI. Yah, maaf saja, sedikit nepotisme membuat saya pernah bisa masuk WC dosen TI yang selalu terkunci juga, hihihiiii ....

Begitulah peta per-WC-an di Bandung, meskipun pasti belum lengkap. Sebetulnya, penjelajahan WC ini juga merambah Jakarta lho. Sudah berapa kali saya ke Jakarta bersama Suze Antie naik travel CT Trans yang turun di Fatmawati, dan kami selalu mengunjungi WC raksasa kami di dekat situ---CITOS! Hahaha ....