Kamis, 01 Februari 2007

Toloooong, Saya Ingin Bangun Pagiiiiiiiiiiiiii



Dari
dulu, saya susah sekali bangun pagi. Nggak tahu kenapa, tapi mau bangun sebelum
matahari terbit itu terasa sesulit mengerjakan ujian Astronomi Bola atau Fisika
Kuantum hehehe ….





Waktu TK
sih saya sudah agak lupa, tapi saya ingat jarang telat gara-gara nggak bisa
bangun pagi. Soalnya TK saya dekat rumah, di Jalan Jurang, dan masuknya juga
jam delapan. Setelah masuk SD, saya juga jarang telat. Soalnya diantar-jemput
Emak pakai motor, karena rumah saya sudah cukup jauh (rumah di Sukahaji,
sekolah di Sejahtera). Begitu pindah ke Sarijadi, saya jadi sering telat.
Soalnya, hampir tiap hari saya numpang mobil Nita, teman sejak TK sekaligus
tetangga. Nah, Nita ini orangnya santaaaaiii … banget. Saya sudah misuh-misuh
sendiri, tapi dia masih santai. Jadi, waktu SD saya belum merasakan susahnya
bangun pagi.





Beranjak
SMP, saya mulai susah bangun pagi. Tapi masih bisa bangun kalau mendengar
alarm. Apalagi masa SMP itu saya ikut Paskibra, yang tiap hari Minggu harus
berkumpul di sekolah atau balaikota jam enam pagi! Sampai-sampai si Emak atau
si Papap (saya lupa siapa) pernah mengeluh, “Dek, kalo nyari ekskul itu jangan
yang ngerepotin.” Soalnya, jarak rumah saya ke SMP 5 di Jalan Sumatra lumayan
jauh. Dan subuh-subuh masih susah angkot. Kalau hari-hari biasa sih naik
angkot, tapi khusus kalau mau latihan, saya pasti minta antar.





Waktu
masuk SMA kebiasaan nggak bisa bangun pagi lumayan tambah parah. Biasalah,
namanya juga remaja (dan abadi sampai sekarang, hikhikhik). Kadang-kadang
begadang nonton televisi. Atau kemarinnya main sampai sore, lalu pulang ke
rumah dengan capek dan tidurnya butuh lebih banyak. Kalau dulu waktu SMP masuk
jam 7 saya berangkat dari rumah jam 6.15 (paling telat 6.20 lah) dan sampai
sekolah jam 6.45an, waktu SMA saya berangkat dari rumah jam 6.40an dan sampai
sekolah jam 7 pas, seringkali lewat 5 menit—tapi tetap selamat, soalnya bel SMA
2 bunyinya panjang, hehehe …. Padahal SMA 2 kan lebih dekat daripada SMP 5 dari
rumah saya. Waktu naik kelas 3, kebiasaan ini sedikit berubah—karena tempat
duduknya rebutan! Kalau datang pagi-pagi bisa ngetek tempat yang enak, tentu
saja di bangku belakang (dengan alasan “alergi kapur” hahaha), di barisan depan
meja guru, karena guru malah nggak akan bisa ngeliat kita sedang apa di sana
hehehe …. Kalau telat sedikit ya paling geser ke depan paling banyak dua bangku
atau ke samping. Duduknya juga asal, terserah mau duduk dengan siapa, tapi
seringnya sih sama Neng Olip sesama mojang Batak tea (ada delapan Batak
bermarga di kelas Fis 1! Hahaha …). Yang sering telat sih Neng Gantine, si Njum
yang sekarang sudah beranak dua. Biasanya dia duduk sendirian (soalnya jumlah
muridnya ganjil, 47 orang) pas di bangku depan guru, hahaha! Datang pagi-pagi ini
juga menghasilkan hobi baru, yaitu jajan gehu panas di kantin, plus bacang,
plus susu ultra, teh botol kalau nggak punya duit, plus sosis (edan ya
sarapannya hahaha), plus vicks biru (ini mah si Antjheu, saya mah nggak).





Setelah
lulus SMA dan sempat jadi pengangguran terselubung sebelum UMPTN (sekitar dua
bulanan), semakin parah lagi. Apalagi waktu bimbingan seni rupa, karena
pulangnya malam, kadang-kadang main dulu ke mana-mana, kadang-kadang terus
tambahan ke mana, dan lain-lain. Apalagi pagi-paginya capek, bukan karena SSC,
tapi karena terlalu sering beredar dengan si Dandi Endul dan Oki hahahaha ….
Dasarrr!





Masuk
kuliah, wah, wah, makin parah! Bukan karena banyak tugas (ih sumprit, setahun
saya kuliah di Unpar, perasaan jarang banget ngerjain tugas hahaha … paling
yang kerasa cuma sekali, ngerjain tugas bahasa Indonesia doang), tapi karena
kebanyakan main di Hegarasih. Apalagi Hegarasih tempat nangkring anak-anak GPA
itu buka sampai larut malam, baru bubar kalau Paman Agus Quwu sang empunya
tempat beres-beres. Apalagi jarang kuliah pagi, seringnya siang atau sore. Ya
jelas, makin enak bangun siang.





Setelah
pindah kuliah ke Astronomi, hmmm … sudah bisa ditebak, ya tambah parah lagi.
Waktu TPB sih memang belum ada pengamatan dan lain-lain. Paling-paling, tiap
hari Sabtu biasanya jam delapan malam sudah mengantuk berat, sampai-sampai saya
sering ketiduran waktu si Aq ada di rumah. Soalnya, hari Sabtu itu jadwal mata
kuliah olahraga yang cuma 1 SKS, tapi menyebalkan seperti 4 SKS. Setelah mulai
sering ada acara himpunan, semakin sering begadang. Apalagi kalau tidur di
Himastron. Wah … ada yang masih ngerjain tugas, ada yang ngegame di komputer,
ada yang nonton tivi, ada yang main gitar, ada yang lagi diskusi entah apa,
lampunya terang, jadi membuat suasana enak untuk begadang. Lalu, tingkat empat
ada kuliah Laboratorium Astronomi, karena harus begadang untuk pengamatan. Tapi
dulu waktu Lab-As ini pengamatannya nggak sesering sekarang-sekarang kok. Jadi
pemandu dan penceramah di Bosscha juga nggak begitu bikin sering begadang,
karena biasanya jam sembilan sudah beres semua (sudah termasuk makan bersama di
Ruang Baca, hehehe).





Saya
mulai insomnia parah waktu TA, Tugas Akhir yang Teu Anggeus-Anggeus (soalnya
kerjaannya main The Sims dan buron terus dari Roni, hahaha). Mungkin karena
suasana yang enak itu setelah tengah malam, nggak banyak keributan dan
lain-lain, saya terbiasa begadang sampai jam dua atau jam tiga pagi. Kacau
beliau nih jadwal tidur. Waktu saya beberapa bulan menghuni himpunan juga
begitu, karena seperti yang sudah saya ceritakan di atas, Himastron baru bisa
tenang setelah lewat tengah malam. Apalagi waktu saya ternyata menderita
pembengkakan kelenjar tiroid (gondok gitu lhuwokh, mungkin gara-gara gondok
melulu sama seseorang? Atau banyak orang? Hahaha …), yang konon membuat si
penderitanya selalu merasa tidurnya nggak cukup. Lumayan seram juga sih waktu
sebelum operasi, karena saya seringkali ingin bangun tapi nggak bisa bangun.
Bukannya “tindihen” atau “eureup-eureup” ya, tapi memang nggak bisa bangun itu
karena belum puas tidur.





Anehnya,
setelah operasi saya juga masih susah bangun. Dulu waktu siaran juga sempat
tersiksa, soalnya sering siaran jam enam pagi (siarannya bukan keresek-keresek
dari jam dua belas malem sampe jam enam pagi kok, weeeekkkkkk). Kebiasaan ini
terus berlanjut hingga saya bekerja. Wah, jungkir balik deh tiap pagi. Mending
waktu kantor saya masih di Yodkali, karena pulang pergi naik motor. Masuk jam
setengah delapan, bisa bangun jam setengah tujuh dan pergi jam tujuh. Waktu ada
perubahan jam masuk, jadi jam delapan, saya bisa lebih santai lagi.





Saya
semakin jungkir balik setelah pindah kantor ke Cinambo. Aduh bok, masuk jam
delapan, kalau telat dikasih memo, malas naik motor di antara bis-bis antarkota
dari Cicaheum, jadi harus naik angkot dan pergi dari rumah jam setengah tujuh.
Waduh … bisa bangun jam setengah enam saja sudah suatu prestasi. Seringnya sih
jam enam. Waktu untuk siap-siap hanya setengah jam—termasuk mandi, menyiapkan
bekal makan pagi, makan siang, memakai kerudung yang seringkali memakan waktu
paling lama. Itulah alasan kenapa saya nggak pernah memakai kerudung yang
bervariasi jaman kerja dulu—karena memang nggak ada waktu, hahaha! Malah
akhir-akhir lebih enak memakai kerudung kaus yang praktis.





Setelah
dua tahun lebih jungkir balik dalam siksaan harus bangun pagi dan siap-siap ke
kantor dalam waktu singkat, saya pensiun dini (hehehe … pensiun siiiih, tapi
seperti yang Suz Antie bilang, “Guncangkan saja pohon uangnya!” hahahahaha!).
Awal-awal berhenti bekerja, saya masih bisa bangun sekitar jam enam. Tapi
lama-lama, saya semakin asyik bekerja pada malam hari hingga lewat tengah
malam, karena sudah sepi. Mulailah jam tidur saya bergeser lagi. Dulu waktu
masih ngantor biasanya paling lambat jam sebelas sudah tidur, sekarang jam dua
belas, jam satu, jam dua, dan yang paling parah adalah minggu ini, jam tiga.
Bangun jam berapa? Tentu saja anak perempuan Emak satu-satunya ini tidak
seperti anak perempuan baik-baik lainnya—bangun jam delapan, jam sembilan,
bahkan pernah jam setengah sebelas!





Seminggu
terakhir ini saya mencoba mengembalikan lagi jadwal tidur yang lumayan “benar”
(karena hasilnya saya banyak kecolongan melewatkan kegiatan pagi—makanya saya
nggak pernah berhasil lari pagi, karena memang nggak bisa bangun). Berbagai
cara sudah saya coba, mulai dari sudah berbaring-baring sejak jam sepuluh,
nonton tivi, baca buku, mandi air hangat, minum susu hangat, eh … tetap saja
nggak bisa tidur. Bahkan saya sampai titip obat tidur yang ada di iklan-iklan
tivi ke si Emak. Tadinya si Emak takut saya kecanduan, tapi sebagai gadis Batak
yang keras kepala, saya meyakinkan si Emak bahwa saya nggak akan kecanduan.
Akhirnya si Emak membelikan obat tidur itu, dengan harapan anak perempuannya
bisa bangun pagi. Tapi, kemarin, waktu saya coba minum, tetap saja mata ini
nyalang dan melotot hingga jam dua pagi! (Mungkin juga salah waktu ya, soalnya
minumnya jam sebelas malam, hehehe) Pagi-paginya malah lebih susah bangun,
kalau nggak ditelepon si Antjheu saya nggak akan bangun. Padahal janji datang
ke seminar si Bona jam sembilan, lalu mau terus ke Cicaheum. Sampai di kampus
sudah jam sepuluh, saya pikir seminarnya si Bona sudah selesai, jadi saya
memutuskan untuk langsung ke Cicaheum. Saya SMS si Bona minta maaf nggak datang
seminar, janji datang sidang saja, eh … dasar duodol, seminarnya ternyata hari
Jumat hahaha (untung Jumat ya Bonz, hikhik). Sepanjang perjalanan itu kepala
saya cenut-cenut karena mengantuk. Di angkot juga sempat tidur-tidur ayam,
apalagi karena angkotnya ngetem (huuuuuuuu …).





Nah, hari
ini saya minum obat itu jam sembilan malam. Tapi sampai saat ini, jam sebelas,
saya baru mengantuk sedikit. Mudah-mudahan sih bisa segera tidur, dan besok
bangun lebih pagi. Kalau nggak bisa juga, yah … apa mau dikata, mungkin betul
kata Emak, saya ini memang kebluk hahaha ….
Tapi kebluk itu kan kalau tidurnya juga masih sore ya. Kalau saya kan
insomnia—entah karena banyak pikiran (anjissss … gaya! Hahaha) atau terlalu
lelah (sepertinya malah sama sekali nggak lelah, jadi badannya belum capek
hehehe). Seharusnya sih, insomnia ini bisa dimanfaatkan bagi hal-hal positif,
yang lebih produktif. Tapi, karena saya nggak berminat ikut pengamatan bersama
para astronom genjring di Bosscha, mungkin saya akan melamar pekerjaan jadi
satpam pub dangdut aja duech, hahahahahahahahaha ….





Catatan
Pertama



Karena
ini ditulis dua hari yang lalu, jadi saya akan melaporkan kejadian kemarin dan
hari ini. Kemarin, ternyata tetap saja saya bangun jam delapan pagi. Lalu,
masih cenut-cenut dan setengah mabuk saya pergi ke rumah si Aq, lalu ke SMA 2
untuk ketemu Aini. Malamnya, sekitar jam 10 saya sudah mengantuk, dan saya
bilang kepada si Aq, "Q, Adek kapok minum obat itu lagi." (dan
seperti biasa, dia mah hobinya ngetawain, seballll ....) Akhirnya, jam 12 malam
si Aq pulang dan saya langsung tidur.





Besoknya
(berarti hari ini, tadi pagi), saya tetap bangun jam sembilan! Itu pun karena
si Antjheu menelepon, "Gua udah ada di depan rumahmu, masuk lewat
mana?" (dia bingung karena banyak anak TK) Setelah bangun, masih teler
juga. Gilaaa ... kapok ah, saya nggak akan makan obat sialan itu lagi!





Catatan
Kedua



Meskipun
ternyata seminar si Bona jadinya hari Jumat, tetap saja saya nggak bisa
menghadirinya karena saya bangun jam sembilan (dan seminarnya mulai jam sembilan
hehehe). Akhirnya saya telepon si Bona (setelah sebelumnya nelepon Onah untuk
nanya seminarnya Bona udah selesai belum, soalnya kalau ditelepon di tengah
seminar, gile aje Ndro, hehehe) dan minta maaf plus janji akan datang waktu dia
sidang. (Gimana mau langsing kalo minta upeti permintaan maaf berupa kebab
berukuran super XXL, huuuuuuu!)

Catatan Ketiga

Karena multiply dari rumah saya susah dibuka (khususnya pake laptop si papap), jadi terpaksa postingan ini tertunda beberapa hari. Dan selama beberapa hari itu, saya mencoba ctm (manjur, setengah jam kemudian langsung ngantuk tapiiiiii ... bibir ini terasa tebal, seperti Angelina yang bukan Sondakh, tetapi Jolie, dan tetep aja besok paginya nggak bisa bangun!)

Catatan Keempat

Prestasi saya yang paling dahsyat adalah melek sampai jam empat seperempat. (Orang lain sih ada yang kuat banget sampe jam enam atau bahkan nggak tidur lagi, kaya' si Aq.) Hasilnya, besok siangnya saya merasa blo'on, otak ini serasa susah mencerna semua yang terjadi dalam hidup saya hari itu ... Ohhhhhhhhhhhhhh, menyebalkan!