Aku punya temaaaan … teman
sepermainaaaaaan ….(tapi nggak pake “ah, ah, ah!” hahaha) Namanya Dwi Sawung Rukmono,
orangnya kutilang darat (kurus tinggi langsing, dada rata—ya iya laaaaaah! Kalo
dadanya nggak rata mah suntik solikin eh silikon atuhhh, hikhikhik). Dia punya
kakak cewek namanya Yuni Rukminiati (hahaha … aku tahu nama lengkapmu, Nuy!)
dan punya adik cewek namanya Noventri, yang lahir pada bulan November (dulu saya
pernah iseng bertanya kepada dua kakaknya, kalau si Ventri lahirnya Desember
bagaimanakah namanya? Hikhikhik).
Pertama kenal sih, waktu saya baru jadi
“swasta” di Himastron. Waktu itu, saya yang mewawancarai dia pas malam
pelantikan. Dulu sih masih kenalnya dengan nama Sawung, yang bukan Sawung
Kampret maupun Sawung Jabo. Dia juga sempat kesal dengan kelakuan saya pada
saat interaksi awal, soalnya saya pernah ngejailin angkatan 2000 (angkatannya
dia) dengan menyuruh mereka mengambil posisi push up, terus membiarkan mereka
dalam posisi itu selama beberapa menit, hahahaha …. (tapi kan setidaknya nggak
disuruh push-up, gitu bok!)
Setelah dia jadi anggota Himastron,
lho kok jadi sering main bareng ya, sama si Nata Pehul juga. Karena dia sering
mendesak-desakkan diri ke dalam pergaulan kami, akhirnya muncullah julukan baru
untuk dia, yaitu Coni, alias Cowok Nimbrung. Apalagi setelah sang Dewi Pramesti
alias Bona si Gajah Pink lahir pada tahun 2001, dia semakin menjadi Coni bagi
kami. Bahkan, si Bona punya panggilan sayang untuknya, yaitu, “CHONI!” (dengan
suara sok imutnya yang cempreng, bahkan kadang-kadang disertai ludah juga
hikhikhik … nggak ketang Bon!).
Memang betul, si Coni ini adalah
cowok nimbrung. Mainnya sama cewek-cewek, mungkin karena dia nggak punya
saudara cowok. Bahkan, kakak si Coni yang bernama Yuni alias Inuy pun jadi
akrab dan sering main bersama kami. Kami pun mengenal adiknya, si Ventri yang
sekarang masih SMA (ketiga orang ini menjadi teman saya di friendster,
lengkap). Keistimewaan tiga saudara yang mungil-mungil ini adalah … muat dalam
satu motor! Hahaha …. Sungguh keluarga yang aneh!
Nah, setelah itu, saya mulai
merencanakan TA alias tugas akhir, meskipun betul juga kalau ada yang bilang TA
itu “Teu Anggeus-Anggeus”. Karena merasa sangat malas, saya ingin memilih dosen
pembimbing TA yang rajin. Maksudnya, rajin menegur dan memarahi kalau saya
malas, hehehe …. Ditambah dengan nilai cukup bagus saat kuliah Labas atau
Laboratorium Astronomi, percaya diri saya sedikit terdongkrak untuk memilih
topik yang agak nyambung dengan Labas. Lalu, siapa pembimbingnya? Tentu saja
Pak Hakim Luthfi Malasan, sang dosen Labas. Selain rajin “mengguprak-guprak”
anak bimbingannya, cara beliau mengajar bisa mudah saya mengerti.
Kalau di Astronomi, biasanya
sebelum mengambil SKS TA 1 dan TA 2, kami boleh kok mulai bimbingan, tetapi
nonformal. Biasanya, dalam fase ini para dosen pembimbing memberi beberapa
jurnal untuk dibaca, sebagai pertimbangan memilih tema TA. Waktu saya pertama
kali datang ke Pak Hakim untuk meminta beliau jadi pembimbing, beliau bertanya,
“Kamu bisa pemrograman apa aja, Mar?” mmmm … setelah beberapa detik berpikir, akhirnya
saya bergumam sambil menjawab, “Saya cuma bisa corel draw, Pak,” Hahahaha …
lebih baik jujur, kan? Lalu, sambil geleng-geleng kepala, beliau berkata lagi,
“Ya udah, nanti belajar IRAF aja dari awal, nggak susah kok.” IRAF adalah
singkatan dari Image Reduction and Analysis Facility, yang akan saya gunakan
untuk mereduksi citra dari berbagai gangguan sampai menjadi citra yang bersih
(saya sudah berencana menulis tentang ini sih, doakan saja nggak malas,
hikhikhik). Memang betul, seperti yang Ratna bilang di blognya, IRAF ini
sederhana—cuma memerlukan operasi penambahan, pengurangan, dan pembagian.
Mulailah saya melek Linux sedikit (karena IRAF itu di bawah OS Linux), meskipun
hanya menggunakannya untuk TA dan main mahjong, hahahaha ….
Saat belajar IRAF ini, saya sempat
agak sering menginap di Bosscha. Kebetulan, ada anak-anak yang sedang kerja
praktek juga di sana, yaitu si Nata Pehul, si Tri, dan Aep alias Erfani. Suatu
malam, saya, Nata, Tri, dan Gaby si Letkol Untung yang memang penghuni bedeng
Bosscha, berkumpul di ruang tamu Panekoek. Panekoek ini adalah wisma yang bisa
digunakan oleh mahasiswa yang sedang melakukan pengamatan atau tamu yang
menginap di Bosscha. Saat itu kami sedang mengobrol santai, bahkan merembet ke
hal-hal jorok dan jorang hikhikhik … dan si Tri sedang berbaring di sofa
memakai sarung, tanpa kolor. Hiyyyy ….
Saat sedang asyik ngobrol itu,
tiba-tiba jendela diketuk. Kami mengira itu bapak-bapak jaga yang sedang
patroli dan sering ikut nimbrung, tapi ternyata … OMG, itu Pak Hakim. Lalu,
setelah masuk, beliau ikut mengobrol bersama kami dengan asyik. Bahkan sampai
lewat tengah malam!
Selain memang akrab dengan
mahasiswa dan bisa dijadikan tempat curhat yang asyik, Pak Hakim juga selalu
mengetahui gosip-gosip terbaru tentang kami, para mahasiswa maupun alumni.
Makanya, saya juluki beliau “Roni”, alias Raja Coni hehehe. Meskipun begitu,
julukan Roni ini sama seperti Babe, merupakan panggilan kesayangan dan
penghormatan dari saya, salah seorang anak bimbingannya yang paling bandel. Akhirnya,
istilah Roni menyebar ke mana-mana—sampai suatu hari, Finny, anak astro ’99
yang kalem bin pendiam, mengatakan begini, “Itu ada ‘ironi’,” maksudnya, ada
istrinya Roni, wekekekekek …. (Fin, bisaaaaaa aja!)
Julukan “Roni” ini lumayan beken
sampai ke hampir semua mahasiswa astronomi. Entah ya, apakah para dosen muda
seperti Bang Ferry Simatupang atau Mbak April tahu juga. Tapi, dulu si Neflia
pernah keceplosan menceritakan kepada Roni bahwa beliau dijuluki begitu, dasar
Liaaaaa! Seiring dengan semakin terkenalnya julukan ini, mulailah si Geboy
alias Gaby astro ’95 menjuluki dirinya sendiri dengan “Poni”. Maksudnya, “Poni”
ini adalah Pangeran Coni, pewaris takhta kerajaan cowok nimbrung, hikhikhik ….
Sebagai mantan anak bimbingan Roni dan penghuni bedeng Bosscha yang kuliah S2
di astronomi, dia juga termasuk cowok nimbrung dan biang gosip juga. Sayangnya,
julukan Poni ini nggak begitu beken, karena si Geboy ini lebih beken sebagai
Letkol Untung atau ya Geboy aja, lebih imut kaaaaan daripada panggilan Iwan?
(karena namanya Gabriel Iwan Prasetyono, hahahaha ….)
Lalu, si Geboy yang mengaku-ngaku
dirinya “Poni” ini, mengatakan bahwa di kerajaan cowok nimbrung sebetulnya ada
seorang dewa, yang bernama “Doni”, alias Dewa Cowok Nimbrung. Siapakah ituuuu?
Tak lain dan tak bukan adalah … Babe! Meskipun, Babe nggak seconi yang
lain-lain sih. Mungkin tujuan si Geboy mentahbiskan Babe sebagai Doni adalah
untuk melengkapi struktur percowoknimbrungan jurusan atau departemen atau prodi
astronomi, hikhikhikhikhik ….
(Keterangan foto: searah jarum jam, Coni, Roni, Doni, dan Poni)